Mengenal Metode Waterfall dalam Pembuatan Software & Sistem

Bayangkan saat Anda membangun sebuah rumah tanpa rencana yang jelas, tanpa denah, tanpa urutan kerja yang tepat, dan tanpa perkiraan waktu. Lalu, bagaimana hasilnya? Tentu saja akan berantakan. Begitu pula dalam pembuatan software & sistem, Anda membutuhkan pendekatan yang terstruktur agar proyek berjalan lancar. 

Salah satu metode klasik yang masih kerap digunakan oleh para developer hingga kini yaitu metode waterfall. Seperti dengan namanya, metode ini mengalir dari satu tahap ke tahap berikutnya, layaknya sebuah air. 

Lantas, bagaimana sebenarnya metode waterfall itu sendiri? Pelajari metode selengkapnya melalui penjelasan artikel di bawah ini. 

Pengertian Metode Waterfall dalam Pembuatan Software & Sistem

Pengertian Metode Waterfall dalam Pembuatan Software & Sistem

Apakah Anda cukup familiar dengan pendekatan yang sering dikenal dengan Software Development Life Cycle atau SDLC? Metode waterfall ini cukup klasik atau bisa dikatakan pendekatan tertua karena sifatnya yang masih natural. Tidak seperti metode lainnya, setiap tahapan dalam pendekatan waterfall harus diselesaikan satu demi satu (tidak bisa meloncati satu tahapan tertentu). 

Oleh sebab itu, metode ini dianalogikan layaknya sebuah air terjun yang bergerak dari atas ke bawah. Dengan desain yang sistematis, pendekatan waterfall sering kali dianggap lebih efisien dan dapat menyelesaikan proyek tepat waktu. 

Lantas, apa saja tahapan penting dalam metode waterfall?

Tahapan Metode Waterfall

Tahapan Metode Waterfall

Waterfall software development memiliki 5 rangkaian tahapan penting yang tidak boleh dilewatkan selama proses pengerjaan. 

1. Requirement Analysis

Tahap pertama dimulai dengan menganalisis semua kebutuhan pengguna terhadap keberadaan sebuah software. Ingat bahwa software yang baik adalah perangkat yang benar-benar mampu menjadi solusi kehidupan penggunanya. 

Oleh sebab itu, para developer wajib menentukan tujuan dari pembuatan software & sistem, preferensi pengguna, hingga fitur-fitur fungsional yang tepat. Informasi kebutuhan pengguna dapat dilakukan melalui berbagai rangkaian riset seperti wawancara, survey, focus group discussion, dan lain sebagainya. 

Informasi ini akan menjadi data penting untuk menentukan bagaimana sebuah software akan dibuat dan dikembangkan. 

2. Design

Tahap kedua adalah design. Fokus developer pada fase ini adalah menyusun rancangan teknis. Rancangan ini terdiri dari beberapa elemen seperti pemilihan bahasa pemrograman, komponen layanan, desain teknis,  struktur data, dan lain sebagainya. 

Desain ini cukup krusial karena akan memetakan bagaimana logika bisnis Anda berjalan sebelum benar-benar diimplementasikan sebagai sebuah sistem & software. 

Dengan kata lain, desain ini akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistem yang dikembangkan, termasuk tampilan antarmuka dan fungsionalitasnya. Dengan begitu, developer tidak akan merasa kebingungan lagi untuk menetapkan kebutuhan sistem pendukung maupun hardware

3. Implementation

Setiap rancangan tentu harus ada aksi untuk mewujudkan tujuannya. Maka dari itu, setelah menetapkan desain sistem, tahap selanjutnya adalah implementasi. Di tahap ini, Anda mulai menuliskan serangkaian kode atau sering disebut dengan istilah coding

Dalam proses pembuatan software, modul-modul kecil akan dikembangkan yang kemudian akan disatukan menjadi sebuah sistem. Di tahap ini, setiap modul akan diperiksa untuk memastikan apakah sudah memenuhi kriteria atau belum. 

4. Testing

Setelah Anda mengembangkan beberapa modul kecil, di tahap ini sudah saatnya semua modul itu digabungkan menjadi sebuah sistem yang terintegrasi. 

Kemudian, sistem dan software akan diuji secara menyeluruh untuk mendeteksi adanya malfungsi atau kesalahan. Fokus dari tahap ini adalah memastikan bahwa sistem perangkat lunak Anda nantinya dapat bekerja baik dan andal. 

5. Maintenance

Tibalah di tahap terakhir yaitu maintenanceSoftware dan sistem sudah dapat dijalankan. Meski demikian, untuk menjaga performanya tetap optimal, para developer perlu melakukan serangkaian pemeliharan. 

Kegiatan pemeliharaan mencangkup seperti mendeteksi kesalahan sistem sedini mungkin, menyempurnakan setiap unit, dan tidak lupa memperbarui sistem. 

Kriteria Proyek yang Cocok dengan Metode Waterfall

Akankah Anda masih mempertanyakan kecocokan metode waterfall dengan proyek Anda? Pada dasarnya, setiap proyek memiliki kebutuhannya masing-masing terkait metodologi atau sistem pengerjaannya. 

Metode waterfall merupakan pendekatan yang sistematis, terstruktur, dan berurutan, sehingga tidak semua jenis proyek akan cocok menggunakannya. Meski begitu, terdapat beberapa karakteristik proyek yang ideal untuk dikerjakan dengan metode ini. Kriteria tersebut diantaranya yaitu:

  1. Proyek yang tidak membutuhkan perubahan selama prosesnya;
  2. Skala proyek tidak terlalu rumit dan kompleks;
  3. Kebutuhan sistem sudah jelas;
  4. Risiko proyek yang masih minim;
  5. Dikerjakan oleh tim dengan kompetensi yang sudah memadai;
  6. Anggaran dana proyek sudah pasti. 

Itulah penjelasan mengenai metode waterfall dalam pembuatan software & sistem yang wajib Anda ketahui. Mulai dari tahapan yang berurutan hingga kriteria proyek yang cocok, informasi ini akan membantu Anda dalam menentukan metode proyek. 

Masih bingung menentukan metode pengembangan proyek perangkat lunak yang paling sesuai? Tenang, EON Creative Digital siap membantu Anda merancang solusi untuk pembuatan software & sistem yang tepat. Jangan ragu hubungi kami sekarang juga ya!

Explide
Drag